Friday, 7 November 2014

Anggrek Anggrek Mamak

Aku masih terpaku menatap layar laptop ini, masih berharap file yang dengan bodoh kutimpa padahal dengan susah payah kuselesaikan. Overwritten.
“ masih blum bisa kak “, jeni membuyarkan lamunanku.
Aku hanya diam dan tetap menatap laya sambil terus mencoba mengembalikan cepen ku.
“ tulis lagi aja sih, masa iya gak inget lagi”
“jeni, kau tau kan mendapat inspirasi itu tak segampang makan kacang”,
“ iya iya , dan mendapat inspirasi itu senikmat makan ayam penyet joko solo kan?”,
“ eh kak ngmong2 ayam penyet, kita makan apa nanti malam”
“ entah, aku gak laper, kau makan sendiri aja lah jen”
“ terus kau tega membiarkan ku pergi keluar sendiri gitu malam2,ah tipis lah kak”.
Ini lah derita anak kos yang tak sempat masak sendiri, malas masak lebih tepatnya..
“ ayolah kak, nanti kakak sakit lagi, ingat lah kak yang selalu kakak bilang nothing ..”
“ nothing inspiation without consumtion, tak ada inspirasi tanpa konsumsi kan”, 

aku memotong omongan jeni, dalam keadaan seperti ini aku hanya ingin keheningan, dan parahnya keheningan tak akan bisa tecipta jika kami, aku dan jeni sudah berada di kamar ini bersama.
====
Sudah empat jam aku dan indri mengitari mall ini, bukan karena baang yang ku cari tak ada di sini tapi karena aku pun tau apa yang ingin ku beli. Aku masih saja bingung kado apa yang cocok untuk mamak , padahal ultahnya 5 hari lagi.
“ sebenenya mau beli apa si ri , aku da lelah letih lesu lunglai ni, “ kata indri sambil duduk
“ kado untuk mamak ku”
“iya tapi apa? “
“ aku juga bingung in, jawabku pelan dan mengikuti indi duduk juga.
“ apa, jadi kau maksa aku ketempat ini, ngubek2 tempat ini berjam – jam, kau gak tau apa yang mau kau beli???”, indri tiba – tiba berdiri dan beruca dengar keras tak sadar suaanya yang menggelega membuat pengunjung yang lewat di depan kami tekaget.
“ hehe maaf in , yaudah ayoklah makan, trus pulang”, kta ku menenangkan indri.
                                                                        ===
            Akhirnya aku menemukan kado yang pas untuk mama dan pas untuk kantong ku, ya walaupun aku yakin tidak ada apa – apanya kado yang kuberikan nanti dibandingkan kado dai kakak – kakak dan abang – abang ku nanti, tapi mama pasti maklum anaknya ini hanya seoang mahasiswa .
            Dari awal kuliah aku memang tak mau terlalu begantung pada mama dan saudara saudari ku. Walaupun mamak seing kali meminta ku untuk hanya fokus saja pada kuliahku tapi keinginanku untuk mandiri tidak penah menghiraukan kata – kata mamak. Lagi pula sejak mamak menjadi singe parent dia selalu mengajarkan anak – anaknya untuk bisa hidup mandiri. Jadi ini tidak telalu menyulitkan ku. Dan aku juga bekerja sesuai dengan hobi ku.
                                                            ===
            Hari itu pun tiba, aku tak menyangka mamak sangat menyukai kado yang aku beri. Ah sebenannya hal yang paling membuat mama senang hanyalah bisa berkummpul dengan anak – anak dan cucu – cucunya. Karena memang dari enam anaknya semua tinggal di luar kota dan hanya mengujunginya sesekali saja. Mamak hanya tinggal bersama pembantu dan seoang sepupu ku yang memang dari kecil sudah tinggal bersama kami.
            Hanya dua hari saja kami berada di rumah mamak, keadaan tak bisa membuat kaami berlama – lama di sini. Entah kenapa ada peasaan sedih, tapi aku haus tetap pergi. Toh setiap akhir bulan aku masih bisa pulang seeti biasanya.
                                                            ====
            Kuliah ku memasuki semester akhir, aku menjaadi lebih sibuk dengan tugas – tugas dan penelitian dan aku juga harus menyelesaikan novel ku. Hal ini membuatku tak bisa pulang kecuali saat libuan semester, itu juga aku hanya tak lebih dari empat hai di sana. Karena jika sudah berada dirumah aku hannya  ingin belibur benar – benar libu jadi jika aku terlau lama di rumah skrisi dan novel ku tak akan selesai. Mama juga jadi jaang menelpon ku, tapi baguslah pikirku. Mungkin beliau juga sibuk di sana.
            Sampai suatu hari, saat ide – ide sedang berkumpul di kepala dan suasana hening kos sedang kunikmati karena saat itu jeni sedang pegi mendaki sinabung. Aku begitu lancar mengetik menyalukan ide – ide cemerlang dan tekadang gila di kepala ku. Tapi tiba – tiba dering handphone merusak semuanya.
“ aarrrggh siapa sih yang nelpon, “, aku menggerutu dalam hati. Ternyata dinda sepupu ku yang menelpon. Telpon ku reject karena aku yakin dia hanya ingin curhat masalah cowok yang aku anggap gak penting. Telpon kembali bedering, tak kuhiraukan, aku hanya ingin menyalurkan sisa – sisa ide yang tadi ngacir  gara – gara telpon dari dinda. Dan handphone un senyap, tapi lima menit kemudia kembali berdering sebenta, tenyata sms, aku ingin menghiaukannya tapi enth kenapa hati ku beteriak agar aku membacanya. Ku raih hp dan kulihat satu pesan dari dinda.
“ kak uwak masuk rumah sakit, kakak pulanglah. Kasi tau kakak sama abang juga ya .
Pesan dinda bagai petir yang mengagetkan ku. Kumatikan laptop dan ku ambil tas dan dompet ku. Aku dengan cepat mengunci pintu dan memanggil tukang becak yang mangkal tak jauh dai kos ku. Aku hanya ingin segera sampai di stasiun. Aku ingin secepatnya pulang. Sampai di stassiun aku melihat pintu kereta ingin segera di tutup aku beteriak  “ tungggu” sambil belari ke loket  dan untungnya masih ada tiket tersisa dan  hap aku melompat ke atas kereta dan beberapa detik kemudia kereta berjalan.
                                                                        ====
            Diatas kereta aku menelpon kakak dan abang ku, dan mereka juga sama seperti ku kaget. Setelah itu aku hanya diam menatap keluar jendela tau terkadang pua – pura tidur. Hal ini sering kulakukan jika aku tak ingin berbicara dengan penumpang lain. Empat jam pejalannan teasa begitu lama dan akhirnya aku sampai di kota ku, aku langsung ke rumah sakit dan menemui mama di sana. Aku melihat mamak sedang tertidur.
            Malamnya satu persatu kakak ku sampai juga di sini. Aneh mamak hanya diam melihat kedatangannya anak – anaknya, mngkin dia masi lemas.
Dua hari mamak dirawat di rumah sakit dan sekaang bisa pulang. Tapi mama masih harus istrihat agar kondisinya benar – benar pulih. Saat mamak tidur dikamarnya kami anak – anaknya berkumpul diruang maakan.
“ sejak kapan mama sakit din”, tanya ku pada dinda
“ gak tau kak, pokoknya sejak anggrek uwak ada yang ngambil, uwak jadi sering melamun, dan kadang gak mau makan, makanya jadi sakit kayak gitu”, dinda berceita
“ itulah rin, entah ngapain dulu kau ngasih anggrek ke mamak”
“ loh kok jadi ri yang disalahkan, kalo tau akan kayak gini jadinya gak akan aku  mau ngasih mama anggrek itu”
Mama memang pecinta bunga, bunga apapun itu jika beada di tanganya akan tumbuh dengan subur. Sama sepeti anggrek yang waktu itu aku berikan, ternyata sudah menghasilkan beberapa anakan anggrek, entah caa apa yang dilakukan mama untuk membudidayakannya.
                                                            ====
            Kondisi mama sudah pulih, kakak dan abangku juga sudah kembali kermahnya masing – masing. Tinggalah aku di sini, aku tak ingin  cepat pulang karena aku tak punya mata kuliah lagi dan dosen pembimbing skripsi ku juga sedang dinas keluar kota, untuk novel masih lama deadline. Jadi aku free bisa lebih lama menenmani mama.
Tapi tiba – tiba hp ku bedering, dai indri, aku enggan mengangkatnya.
“ angkat lah ri, sapa tau penting “ kata mama
“ hallo ada apa in?”
“ eh ri kapan kau balek, pak darwin tadi nanyain kau, udah pulang dia dari luar kota”
“ loh, apa katanya?
“ katanya tadi, itu kawan kau mau wisuda atau tidak, kenapa tak dijumpainya lagi bapak “
                                                            ====
            Akhirnya skripsi ku selesai dan minggu depan aku bisa sidang. Entah jin baik apa yang merasuki pak darwin, hari itu selesai membaca ulang skripsi ku dia langsung menandatangi tanpa banyak omong, dan menyuruhku untuk segera mendaftar sidang. Ternyata sekejam – kejamnya manusia ada masa dimana dia akan berubah menjadi baik bak malaikat haha.
Kuliahat jam masih pukul seebelas, kalo aku kembali ke kos pasti masi sunyi. Aku putuskan untuk ke too buku, bukan ingin membeli buku sih hanya sekedar numpang baca saja .
                                                                        ====
“ Cuma gara – gara anggrek kak”
“ ini bukan masalah anggreknya ri, tapi pasti ada arti tersendiri anggrek – anggrek iyu bagi mamak mu”
“ maksud kakak cemana, gak ngerti aku”
“ ya mungkin selama ini anggrek2 itu yang menjadi teman berkeluh kesah mamak mu, coba ingat kau memberikan anggrek itu Cuma satu pohon kan, lalu mamak mu merawatnya sampai menjadi banyak, pasti selama perawatan itu banyak hal yang sudah dikorbankan”
“ iya sih kak, kalo gak salah uda ada lima atau enam pohon sekarang “
“ kalo menurut kakak mamak itu kesepian dan menjadikan anggek – anggrek itu pengobat sepi, ada enam anak anggrek dan satu induk anggrek, mungkin dia mengibaratkan induk anggrek itu adalah beliau.
“ dan anak – anak anggrek itu adalah kami anak – anaknya kak?
“ bisa jadi, dan saat dia kehilangan satu anggreknya sebenernya dia tidak kehilangan  anggreknya tapi dia merasa kehilangan satu anaknya”.
Aku masih terus mengingat dan memikirkan percakapan ku dengan kak umai siang tadi. Apa benar seperti itu? Aku terus berntanya – tanya dalam hati. Sampai aku menginagt sesuatu. Waktu itu sehari setelah meninggalnya nenek. Aku melihat mama berdiam diri diteras, aku tau dia melamun.
“ mamak kenapa kok melamun”
“ mamak cuma berpikir, kayak sebatang kara di sini, kayak gak ada sodara, anak mamak banyak tapi sibuk semua”.
Kenapa aku tak pernah memikirkan kata – kata mama itu, “mamak cuma berpikir, kayak sebatang kara di sini, kayak gak ada sodara, anak mamak banyak tapi sibuk semua”, sekesepian itu kah mamak ku.
Ingin rasanya besok saja aku sidang, agar aku bisa kesana, bekata pada mama kalo anggrek – anggrek mamak masih utuh.

                                                                        ==== 

Nb: hanya fiktif belaka, maaf jenni, kak umai, indri and Mr. darwin kalo nama kalian dipakai jadi tokoh tanpa izin :D

2 comments: