“Not sure if you know this ,
but when we first met ,
i couldn’t speak
i found the one and
my life had found its missing piece”
Lagu yang paling
romantis yang dinyanyikan oleh orang paling romantis malam itu masih saja
terngiang – ngiang di telinga ku. Aku tak pernah menyangka semua ini terjadi
seperti mimpi saja, batin ku selalu berkata demikian.
=====
Menjadi
kebiasaanku atau bahkan hampir setiap orang di dunia ini melihat hp menjadi
aktivitas pertama yang dilakukan setiap bangun tidur, dan aku kembali mendapat
sms hanya sekedar ucapan selamat pagi dari nomor asing yang tak ku kenal, bukan
Cuma asing tapi amat sangat misterius karena dia tak pernah mau mengatakan
siapa dia tapi selalu mengirim sms.
Tak lama hp ku berdering,
“ halo”, aku menjawab dengan malas
“ selamat pagi ri, have a nice weekend “, suara berat itu lagi.
Dan belum sempat aku menjawab, telepon sudah mati.
“ kau tau gak kau itu merusak weekend ku “, kata ku penuh emosi di
depan layar hp
“ orang itu lagi ya kak”, jeni terbangun mendengar teriakan ku tadi
“ siapaa lagi jen, “
“ enaklah kakak ada penggemar rahasia”
“ kemana kita hari ini jen, kakak mau ke nyari buku, ikut gak ?”
Sudah menjadi
kebiasaan ku dan sepupuku setiap weekend menghabiskan waktu bersama, sekedar
mencoba jajanan – jajanan khas kota ini, atau sekedar numpang baca di gramedia
atau yang akhir – akhir ini menjadi hobi baru kami, hunting mesjid, mencari
mesjid di kota ini lalu kemudian sholat dan menyempatkan berfoto di depan
mesjid tersebit. Aneh. Iya entah sejak kapan kami melakukannya.
Saat kami mulai melakukan petualangan tiba – tiba hp ku berdering,
dari ini nomor tak di kenal, aku kira nomor misterius itu ternyta tidak
“ hallo benar ini dengan riri”
“ iya benar, maaf ini siapa ya “
“ mba kami dari mau anter paket, ini uda di jalan rumah mba, rumah
mba yang mana ya “
“ hah paket dari mana ya ?, saya lagi gak di rumah bang, dan gak
ada orang di rumah”
“ aduuh mba di mana? Biar saya anter ke sana”
“ saya di jalan mau ke gramedia”
“ oke kita kesana saja mba”
Klik telpon mati
Aku masih asik
dengan komik detective conan yang kubaca sampai tiba hp ku berdering tanda sms
masuk
“ mba kami sudah di depan gramedia, mau mba yang keluar atau kami
anter kedalam ?”
“aku aja yang keluar bg”
Dengan penasaran aku keluar tanpa bilang ke jeni, karena aku pun
tak tau di mana dia. Sesampainya di luar hp ku kberdering lagi.
“ sudah di luar mba ?”
“ udah saya berdiri di dekat pintu pake baju coklat”
Dan aku melihat seorang pria kurus tinggi dan seorang wanita
mendekat kearah ku dan tersenyum,
“ mba riri ya “
“ iya benar “
“ ini mba paket nya, di tanda tangani dulu, katanya sambil
menyodorkan secarik kertas dan pulpen
“ dari mana ya bang “,
“katanya dari jogja, pacar nya mungkin mba “
“ saya gak punya temen di jogja apalagi pacar bang,
“ yaudah kalo gitu makasih mba,
“ iya bang sama – sama “
Aku penasaran apa isi dari bingkisan ini, ingin membukanya saat itu
juga tapi aku ingat ini tempat umum. Akhirnya aku masuk dan mencari jeni dan
mengajaknya pulang.
=====
Aku dan jeni masih
memandangi tumpukkan coklat, yang sengja di susun jeni di meja, coklat produksi
anak medan tapi kenapa kurirnya bing dari jogja. Ah pasti yang mengirimnya
tidak mengenalku kalo kenal harunya dia tau aku tak terlalu suka coklat.
“ kak fotokan lah dulu, biar ku upload ke fb”, jeni mneyerahkan
kamera sambil menggenggam coklat yang bertuiskan “ i love medan “.
====
Hari ini hari yang
istimewa bagi ku dan teman – teman ku, karena hari ini ada penambahan gelar di
belakang nama kami. Sebenarnya aku males dengan hari ini karena untuk kedua
kalinya aku diaksa tampil feminim, aku harus berhubungan dengan kebaya, high
heels dan yang paling ku benci “ make up “. Yang membuat aku paling menantikan
hari ini, si nomor misterius itu selalu bertanya aku kpan aku wisuda dan aku
berfikir mungkin dia akan mengenalkan wujudnya saat moment itu tiba.
Sampai semua acara
selesai, aku tak juga menemukan sosok misterius itu, semua orang yang datang
adalah orang yang ku kenal, semua telpon yang kuterima juga dari nomor yang ku
kenal dan sms yang masuk juga dari teman temanku.
“ kak jangan – jangan dia salah satu dari teman kakak”
“ gak jen, suara mereka gak ada yang sama dengan suara si nomor
misterius itu”
“ kan kali aja suara di telpon sama asli beda munngkin kak”
“ ah sama aja lah”
=====
Tiga tahun sudah
semua kejadian itu dan aku sudah membuang semua rasanya penasaran itu, gak
penting lah pikirku.
Sampai pada suatu hari,aku melihat lima panggilan tak terjawab dari
nomor yang tak bernama di hp ku. Aku pikir ini mungkin telpon penting, aku
mencoba menghubungi nomor itu dan
“ halo “, jawab seseorang di seberang sana
Suara berat itu lagi, ya meskipun aku sudah menghilangkan rasa
penasaran ku tapi aku masi ingat betul suara itu.
“ iya halo, maaf ini siapa ?”, kata ku sedikit gugup
“ apa kabar ri ? “
“ baik, siapa sih ini? Ada perlu apa?
“ aku orang yang menganggu
kamu sebelum wisuda kemarin, sekarang sibuk apa ?“
Telpn ku matikan. Aku tak
mau emosi karena sekarang aku berlatih untuk selalu menahan emosi, tapi jika
melanjutkan perbincanagan dengan orang itu aku yakin akan merusak semuanya.
Tak lama setelah aku mematikan telpon ada sms masuk
“ maaf ya ri, selama ini mengangu mu”
“ aku tak akan memaafkan mu sebelum kasi tau spa kamu sbnernya”, balasku.
Hp berdering lagi dan dengan malas aku mengangkatnya. Dia tak
banyak omong hanya mengatakan dia akan menemui ku malam minggu, di sebuah cafe.
======
Aku mendengarkan
lagu magic nya rude, heran kenapa dia mengirimkan ini pada ku.
Tengah asik mendengarkan lagu nya terhenti, bbm masuk.
“ udah di dengerin lagunya ?”
“ udah,kenapa kiri lagu kayak gitu “
“ iya itu menggambarkan aku dan ibu mu tadi siang“
“ hahah berjuang lah, semangaaaaat “
Aku tertawa sendiri mengingat melihat wajahnya yang kikuk dengan
semua pertanyaan mamak, aku juga heran entah sejak kapan mamak begitu protektif
dengan teman cowok, tapi memang selama ini aku tak pernah mengizinkan teman
cowokku datang kerumah apalagi sampai beretemu mamak ku.
Entah apa yang membuat ku yakin mengizinkan dia menemui mamak,
mungkin rasa nyaman. Karena dari semua teman cowok yang dekat dengan ku aku tak
merasakan senyaman. Aku merasa terlindungi seperti seorang ayah yang melindngi
anak perempuannya. Dan yang paling membuatku yakin karena mamak sebenarnya juga
sudah sangat yakin dan tidak banyak komentar ketika ku kenalkan dengannya,
kejadia siang tadi hanya untuk lebih memastikan saja.
Sejak aku mengetahui Jerry pria yang semat ku taksir saat kuliah
dulu memiliki pacar, aku tak pernah merasakan hal istimewa pada pria manapun.
=====
Hari ini aku memelas membujuk temanku agar mau menemaniku nanti
malam untuk menemui si pemilik nomor misterius itu. Malam ini cafe yang akan
kami tuju tak begitu ramai. Si pemilik nomor misterius itu memberi tahu bahwa
dia sudah sampai di sana. Dan mengatakan telah memilih meja di dekat jendela.
Sesampainya di sana aku mencari – cari sosok yang ku cari , di dekat meja ku
temui, dua orang pria yang duduk saling berdekatan. Aku menelpon si nomor
misterius itu dan akhirnya aku menemui orang yang selama ini membuat penasaran.
Pria berkacamata itu melempar senyum padaku.
====
Aku berdiri di
depan kaca, berputar berkali – kali, entahlah aku hari ini merasa cantik dengan
balutan gaun putih ini. Di kasur aku melihat mama juga tersenyum manis, senyum
yang sangat manisdan mampu menyembunyikan rasa sdih yang dirasakannya. Mama
berdiri dan memelukku.
“ cantik kali anak mama”
“ mama udah legah, tinggal menunggu jam , anak mamak ini akan
menikah”, katanya sambil mengusap ujung matanya. Aku melihat matanya berkaca –
kaca.
Tiba – tiba aku teringat percakapan ku dengan temanku tujuh tahun
lalu di sebuah cafe di sudut kota medan ini.
“ eh liat ganteng kali cowok itu “, dia berbisik padaku sambil
matanya memerhatikan seorang cowok yang baru saja datang.
“ biasa aja pun”, kata ku datar
“ iiiish pakek lah kaca mata kau, baru kau liat, katanya geram
sambil menyodorkan kacamata yang sejak tadi kuletakkan di meja.
“ aku gak sebuta itu lah, iya ganteng tapi biasa gak menarik “
“ heran lah aku, cowok keeren di mata rabunmu itu cemana sih ri”
“ aku suka cowok sedikit gendut, berkacamata, gak lebih putih dari
aku, dan pastinya pinter”, kata ku sedikit mengeraskan suara
“ eh kau bilang gitu kok cowok di samping itu senyum – senyum”
Itulah awal aku bertemu dengannya, entah sejak kapan dia ada di
situ. Dia tersenyum cukup manis saat aku melihatnya. Aku tak peduli toh aku
sama sekali tak mengenalnya.
Dan pria yang tak
kukenal di cafe itu yang menjadi pemilik nomor misterius yang mengajak ku
bertemu di cafe yang sama enam bulan lalu, dan hari ini pria yang tak ku kenal
itu yang mampu meyakinkan mamak ku kalo anak perempuannya akan aman hidup
bersamanya.
JJJ
Hahaha sepertinya lg kepikiran mau nikah nih makanya ditumpahkan melalui tulisan :D
ReplyDelete