Friday, 4 November 2011

tragedi 1.11.11

Malam ini aku yakin semua teman sekelas ku menggerutu mengutuki sang dosen yang memberi tugas aneh itu. Seperti aku ini. Cuma bedanya aku bisa sedikit santai, sangking santainya mata ini pun terlalu manja dan minta untuk dipejamkan. Teman jangan terlalu memanjakan mata mu karena bisa lupa diri dia dan akhirnya terpejam untuk selamanya. Kulirik sebentar jam di layar hape ku
“ jam sepuluh, sudah lah istirahat dulu, ntar malam bangun”, pikirku, langsung ku tutup lembar kerj di mirosoft laptop ku,merefresh dan akhirnya shut down. Langsung ku hempaskan diriku diatas kasur yang tak lagi empuk ini. Tak butuh waktu lama untukku terlelap malam itu. Aku berharap tengah malam nanti bisa terbangun untuk melanjutkan ketikan ini. Tapi kenyatannya tetap saja aku terbangun pukul 04.55 wib. Selalu begitu. Satu pelajaran yang ku mbil malam itu “ jangan pernah mengatakan pada dirimu kalau kau ingin bangun di tengah malam untuk melanjutkan tugasmu yang telah tertunda karena kau mendua dengan rasa ngantuk, karena dirimu tak akan mau dipoligami dan akhirnya dia bekerjasama dengan saraf pusat dan setan untuk membuat bangun seperti biasanya atau malah tak terbangun sampai kapanpu”
Aaauu pekiku, ntah apa yang terjadi malam tadi, tiba – tiba kaki kananku sakit sekali untuk digerakkan dengan sedikit pemaksaan aku pun harus menyeretnya untuk berjalan kekamar mandi. Penyakit ini kata temen ku kalau dikampungnya disebut “kelilitan” karen neneknya pernah mengalmi ini, huft menyesal aku bertanya adanya kalau harus disamakan dengan nenek nenek hehe

Saat aku mandi toiba – tiba hujan turun dengan derasnya, ini lah satu hal yng paling ku benci karena setiap kali hujan pasti semua angkot penuh dan sombong tak mau ku panggil dan kau tau akibatnya TERLAMBAT, belum lagi harus merentas jalanan banjir karena biasanya supir angkot yang tak punya perasaan itu begitu tega enurunkan ku di tengah banjir dan akhirnya aku harus berjalan sampai ke kampus tercinta. Kadang aku sering berfikir kemana sih APBD sekian triliun itu, kenapa untuk memperbaiki jalan yang sebenarya Cuma beberapa meter saja tak bisa. Tapi inilah Indonesia, inilah Sumatera Utara, dan inilah Medan tak perlu kau tanya kemana larinya uang – uang itu.
Tapi aku beruntung kali itu karena angkot yang kutumpangi dikenalikan oleh supir yang punya perasaan dan aku pun diantar sampai depan kampus ku. Pagi itu kampus masih sepi, memag selau begitu kalau aku masuk pagi karena kebiasaan ku harus berada di kampus minimal setengah jam sebelum masuk, bisa di bayangkan kalo aku masuk jam tujuh berarti setengah tujuh sudah anteng di kampus masih terlalu pagi apalagi kalo hujan seperti ini. Hanya ada aku dan tukang sapu kampus hahaha
Tidak ada kejadian yang istimewa hari itu di kampus semua biasa saja. Datar. Aku tak berniat untuk menunda kepulanganku hari itu karena selesai mandi tadi pagi aku melihat jadwal piket dan hari ini aku piket mencuci tumpukan piring, belum lagi aku mau mencuci tumpukan pakaian yang sempat ku ceraikan kemarin. Dengan sedikit berlari aku mengejar angkot. Hup dapat juga posisi strategis ( dekat pintu biar tinggal lompat aja ntar ), angkot tak berisi penuh siang itu ini yang selalu ku inginkan. Akhirnya sampai juga dengan suara yang di lembut – lembutkan aku pun berkata “ bang pinggir”, tapi sepertinya sang sopir tak punya gelagat untuk menginjak rem, aku pun berkata dengan volume yang kunaikkan 3 tingkat “ bang pinggir “ tapi tak juga, dengan perasaan emosi dan dengan dibantu penumpang lain aku pun berteriak “ baaaaang pingiiiiiiiir” dan akhirnya ciiiiiiiiiiit, rem pun di injak kami pun tersorong semua ke depan, hampir saja aku terjatuh. Sang sopir dengan muka tak berdosa cengengesan di depan.
Sampai di kos aku langsung menuju dapur dan beruntungnya aku sebagian piring sudah dicuci yang tersisa hanya beberapa gelas di depan.
“nanti ajalah nyucinya dikit kok, makan dulu aja”
Selesai makan azan pun berkumandang, akupun menunda niat ku untuk mencuci, sholat dulu lebih baik pikir ku. Selesai sholat aku segera bangkit dan bergegas tapi baru selangkah menuju pintu eh hape berdering, dengan malas kulangkahkan kembali kaki ke kamar, rasa malas bertambah karena yang nelpon bukan orang yang ku harap ( gak penting ku pikir ). Tapi akhirnya ku angkat juga, sekitar sepuluh menit nelpon tak ada tanda – tanda telpon akan di matikan.
“kalo dilanjutin bisa – bisa aku gak jadi nyuci ni” pikirku, dengan alasan sakit perut telpon pun berhasil diakhiri. Waktunya mencuci.
Selesai mencuci aku langsung ke kamar dan menghempaskan badan ku ke kasur. Dan tanpa ku sadari sudah terlelap. Tapi terbangunkan oleh suara hape, lagi – lagi orang tak penting. Dan sialnya aku tak bisa melanjutkan tidurku lagi. Akhirnya aku putuskan untuk mandi, selesai mandi aku bingung harus ngapain dan pilihan terakhir adalah main game. Lama – lama bosan juga dan mataku tertuju pada hape akhirnya kegiatan terakhir pun di lakukan Facebook-an. Aku yakin setian orang yang sedang pegang hape, laptop, netbook, tablet dll dimana pun itu di kantor, kampus, sekolah, kalan raya, pasar bahkan sampai di toilet pasti buka facebook, dan parahnya situs yang dibuka bukan www.facebook.com atau m.facebook.com melainkan 0.facebook.com :D
Sedang asik melihat status teman aku takk sengaja melihat status sepupu ku. “ baru pulang dari pemakaman uwak” itu yang tertulis. Ntah kenapa perasaan ini jadi beda langsung kututup, dan menelpon sepupu, aku berpikir uwak mana yang meninggal, uwak dia kan wauk aku juga.
Betapa terkejutnya aku mendengar perkataan sepupuku di telpon, air mata pun berlinang, perasaan sedih, bingung, marah pun jadi satu dan akhirnya meledak menjadi histeria yang mengejutkan teman – teman ku. Mereka pun keluar dengan perasaan kaget dan heran
“kenapa dek???”
“huuuuhuuuhuuu,” aku hanya bisa menangis
“kenapa tenang dulu jangan nangis, minum dulu ni”, mereka berusaha menenangkan ku
“ mama ku meninggal huhuhu”
Mereka pun terdiam, samar - samar aku mensengar ada yang mengucap. Aku langsung memutuskan untuk pulang ke kampungku, menuju stasiun tanpa dandan sedikitpun aku sadar tampang ini seperti gembel, tapi aku tak peduli. Aku hanya diam dan berfikir bagaimana mungkin tak seorang pun memberi tahu ku tentang hal ini. Dalam kereta yang sunyi aku pun hanya diam air mata tak henti – hentinya mengalir sesekali penumpang lain atau penjual menanyaiku tapi tak ku pedulikan mereka. Kereta api yang sebenarnya sudah sangat cepat pun terasa begitu lambat aku seperti berada diatas siput. Hari sudah begitu gelap beberapa menit lagi hari pun berganti. Sunyi sepi saat aku sampai di stasiun tujuanku, aku celingakcelinguk memanjangkan leherku mencari seseorang yang ku kenal seseorang yang menjemputku, tapi hasilya nihil. Aku pun memutusakan menumpang sebuah becak, hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya karena mama selalu melarang tapi sekarang aku melakukan sesuatu yang dilarang itu.
Lima belas menit aku dalam becak sampai juga di rumah, suasananya begitu suram, aku melihat bendera hijau yang lusuh diikat di pagar rumah, bangku – bangku plastik lengkap dengan trataknya beberapa tong dan dipan di samping rumah. Tak ada sambutan untuk kedatanganku seperti biasanya, semua orang yang ada di rumh hanya melihatku sejenak, aku melangkah ke kamarku saaat itu aku berharap mama memanggilku menyuruh ku minum susu yang sudah dibuatnya atao sekedar mebyuruhku makan seperti yang biasa dilakukanya kalo aku pulang malam. Tapi satu jm sudah aku menunggu panggilan itu tak juga ku dengar, ya Allah semua ini benar aku bukan sedang bermimpi.
Aku berusaha menguatkan diriku, ku buka pintu kamar, aku ingin berwudhu untuk menenangkan diriku, baru saja aku melangkah ku dengar suara keponakanku menangis aku melihat ke kamarnya, kakakku berusaha untuk menenangkannya, biasanya mama yang bisa menenangkanya.
Di dapur ku lihat kakak kedua ku sedang mencuci, kulihat bapak juga ada di dapur, aku memanggilnya, aku ingin bertanya ini benar atau mimpi dan kenapa hanya aku yang tak di beritahu. Seakan mengerti maksudku bapak menatapku dalam, aku mengerti ini benar dan tak perlu ku tanyakan lagi. Badan ku begitu lemas aku terduduk di kursi meja makan, sebulan lau aku masih bersamanya, sebulan lalu dia masih menyuapiku, sebulan lalu aku masih melihatnya menagis saat dokter memutuskan aku harus di opname di rumah sakit, dan sebulan lalu aku masih bisa mencium tangannya. Tapi sekarang tuk melihatnya tuk yang terakhir kalinya pun aku tak bisa.
Tiba – tiba bibi ku ada di hadapanku dan kutumpahkan semua emosi ku. Dia hanya diam. Aku pun meninggalkannya dan pergi menyendiri. Aku kembali menginget kenangan bersamanya aku menangis. Kurasakan perut ini begitu melilit tapi tak kuhiraukan sampai rasa sakit itutak lagi bisa ku tahan. Aku pun berguling menahan rasa sakit itu. Dan akhinya Astagfirullah aku membuka mata ku ternyata aku masih berada dikamar kos ku, kembali bingung ini mimpi atau nyata.Kucubit tangan ku sekuat mungkin. Sakit. Aku langsung mencari hape ku dan membuka situs facebook ku cari facebook sepupuku ku baca statusnya ya Allah alhamdulilah ini hanya mimpi. Mimpi yang membuat ku menangis

Nb:
Di sela tangisanku aku berdoa mimpi ini tak pernah jadi kenyataan dan tak pernah terulang lagi. Amiiin

2 comments: